Total Tayangan Halaman

Senin, 28 Januari 2013

Eric Manuel Lamela (Sang Maestro Baru)

Sang Maestro Baru Serigala Ibukota. Pada 16 November 2010 seorang pemuda bernama Erik Manuel Lamela mencuri perhatian dalam laga Superclassico antara River Plate dan Boca Juniors (salah satu pertandingan yang harus Anda saksikan sebelum mati). Lamela bergerak berulang kali, menyulitkan barisan pertahanan Boca dan membuat River menguasai pertandingan — dan menang meski skor tipis 1-0. Lamela mungkin langsung masuk radar dan melejit di database klub-klub besar Eropa sejak saat itu. Yang pada akhirnya beruntung memboyong Lamela adalah AS Roma. Pada Agustus 2011, Lamela resmi berseragam klub ibu kota Italia itu.Lahir di Buenos Aires, kota yang disebut-sebut sebagai Paris-nya Amerika Selatan, Lamela pun hijrah ke Roma. Suasana sibuk Buenos Aires yang juga artistik dan terpelajar layaknya kota-kota besar Eropa seharusnya tidak berbeda jauh dari kota abadi Roma. Bukan adaptasi yang sulit buat Lamela.

Terlebih, di Roma dia dilatih oleh Luis Enrique, pelatih yang sehari-hari berbahasa sama sepertinya. Setidaknya, bahasa tidak akan terlalu menjadi masalah, meski ia wajib juga menguasai bahasa Italia. Tetapi Lamela sadar bahwa bukan bahasa Italia saja yang harus cepat ia pelajari. Yang terpenting, ia harus mempelajari sepak bola Italia. Sepak bola Italia tidaklah sama dengan Argentina. Di saat Argentina memberi banyak ruang dan penghormatan untuk pemain berbakat dan suka menggiring bola seperti dirinya ataupun para Enganche yang malas berlari macam Juan Roman Riquelme, sepak bola Italia tidak demikian.

Sepak bola Italia dikenal penuh taktik, intrik, berorientasi pada hasil dan tentu saja mengutamakan pertahanan. Seorang pemain pemain menyerang juga dituntut untuk memiliki kewaspadaan bertahan alias defence awareness. Lamela merasa kesulitan karena taktik canggih bukanlah makanannya sehari-hari di Antonio Vespucio Liberati. Gaya bermainnya cenderung individualis, flamboyan, dan itu ternyata mengundang masalah. Di dalam klubnya sendiri, Lamela bersitegang dengan Pablo Osvaldo, yang juga berasal dari Argentina.
Osvaldo kesal karena Lamela tidak kunjung mengoper bola kepada Osvaldo saat laga melawan Udinese, November 2011. Di ruang ganti, Osvaldo menegurnya dengan keras dengan mengatakan bahwa ini bukanlah River Plate. Lamela membalas tak mau kalah dengan mengatakan “Diam, kamu bukan Maradona!” Kontan baku hantam terjadi antara pemain berbeda generasi itu. Meski akhirnya berdamai dengan Osvaldo dan mentraktir rekan setim di restoran sebagai bukti rekonsiliasi, cap pemain sulit diatur terlanjur melekat pada Lamela. Tidak itu saja, selang lima bulan setelahnya dalam laga melawan Juventus di bulan April tahun lalu, Lamela kedapatan meludahi Stephan Lichtsteiner. Insiden ini berujung pada hukuman tiga pertandingan untuknya. Masa-masa sulit itu ditambah dengan kinerja klub yang tidak kunjung meraih hasil memuaskan. Lamela juga tidak terlalu produktif, baik dalam mencetak gol maupun mengirim umpan matang. Kariernya di Italia terancam. Di akhir musim 2011/2012, Luis Enrique mengundurkan diri setelah hanya mampu membawa Roma menduduki posisi 7, yang berarti kegagalan Giallorossi mengikuti kompetisi Eropa musim berikutnya. Kepergian pelatih asal Spanyol ini membuat Lamela ketar-ketir. Luis Enrique adalah pelatih yang banyak memberinya kesempatan, juga memainkan skema 4-3-3 yang menjadi kesukaan Lamela. Ia sempat ingin hengkang.

Kegelisahan Lamela pupus setelah Roma mengangkat Zdenek Zeman sebagai pelatih baru pengganti Luis Enrique. Zeman sukses membawa Pescara promosi ke Seri A. Dan dia terkenal dengan permainan ultra attacking dengan skema 4-3-3, dan prakteknya di lapangan kadang menjadi 0-2-8. Di tangan Zeman, permainan Lamela yang bahkan belum mencapai potensi optimalnya ini sudah jauh membaik. Sepuluh gol telah ia ciptakan sejauh ini yang memberi napas bagi kompetisi Seri A yang kering bintang. Situs Whoscored menempatkan Lamela sebagai pemain dengan penampilan terbaik dengan rata-rata nilai tertinggi di antara skuat Roma. 

Skor Lamela melampaui pemain-pemain terkenal Roma lainnya seperti Francesco Totti, Daniele De Rossi ataupun Osvaldo. Pemain bernomor punggung 8 ini juga tercatat beberapa kali menjadi bintang pertandingan alias Man of The Match.Meski demikian, masih banyak yang perlu dibenahi dari Lamela. Kontribusi bertahan yang minim dianggap sebagai kekurangan jika bermain di kompetisi Eropa. Lamela juga kurang bersinar ketika menghadapi lawan tangguh, meski di laga lawan Milan ia mampu mencetak dua gol. Di partai melawan Juventus dan Lazio, kontribusi Lamela tergolong kurang. Namun dengan tim AS Roma yang terus berkembang baik dari permainan di lapangan maupun manajemen baru yang lebih ambisius, kelak potensi Lamela akan makin tersalurkan dan kian mempercantik Seri A. Kita lihat saja. Source : Si Kidal Untuk Ibukota Italia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Blogger Wordpress Tips